Gunung Saran, yang juga dikenal sebagai Bukit Saran, merupakan salah satu destinasi menarik di Kalimantan Barat. Dengan ketinggian mencapai 1.741 meter di atas permukaan laut, gunung ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menakjubkan tetapi juga memegang peranan penting dalam kebudayaan lokal.
Keindahan Alam Gunung Saran
Medan Gunung Saran menawarkan pemandangan yang menakjubkan, terutama bagi para pendaki dan pecinta alam. Sepanjang perjalanan menuju puncak, pendaki akan melewati perkebunan sawit dan aliran sungai kecil dengan air yang jernih. Di tengah perjalanan, terdapat Batu Betakup dan Batu Pelakon, yang merupakan batu keramat bagi masyarakat setempat. Ritual tradisional sering dilakukan di tempat ini sebagai bagian dari penghormatan kepada roh leluhur yang diyakini menjaga kawasan tersebut
Puncak Gunung Saran menyajikan panorama yang seolah-olah membawa pengunjung berada di atas awan. Dari sini, pendaki dapat menyaksikan hutan hujan tropis Kalimantan yang luas dan indah. Suasana di puncak sering diselimuti kabut dengan hembusan angin yang sejuk, menciptakan pengalaman mendaki yang memuaskan dan sekaligus menenangkan bagi para pengunjung
Asal Usul Nama dan Legenda
Nama “Saran” diyakini berasal dari bahasa suku Dayak, yang berarti “nasihat” atau “petunjuk”. Menurut cerita lokal, gunung ini dianggap sebagai tempat sakral dan sumber kebijaksanaan. Masyarakat Dayak percaya bahwa siapa saja yang tersesat atau mencari jawaban atas masalah hidup bisa mendapatkan petunjuk di sini. Oleh sebab itu, pendaki sering melakukan ritual permohonan sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya unsur budaya dan spiritualitas yang melekat pada Gunung Saran
Misteri dan Kisah Mistis
Gunung Saran juga dikenal karena berbagai kisah mistis yang menyelimutinya. Salah satu cerita yang terkenal adalah jatuhnya sebuah pesawat kecil di lereng gunung ini. Meskipun sebagian besar penumpang mengalami nasib tragis, ada satu penumpang yang ditemukan selamat setelah enam hari dalam keadaan lemas. Peristiwa ini menambah daya tarik mistis gunung ini dan menjadikannya salah satu lokasi yang dikenal angker oleh masyarakat setempat
Jalur Pendakian dan Tips
Perjalanan menuju puncak Gunung Saran cukup menantang dan membutuhkan persiapan yang baik. Pendaki biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 13 jam untuk mencapai puncak, tergantung pada kecepatan dan kondisi cuaca. Disarankan untuk membawa peralatan lengkap, termasuk tenda, karena cuaca di puncak sering kali berubah mendadak. Selain itu, pemandu lokal sangat dianjurkan, mengingat adanya beberapa ritual adat yang perlu dilakukan saat melewati area keramat seperti Batu Pelakon. Hal ini bukan hanya demi keselamatan tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi setempat
Tips-Tips Peralatan Naik Gunung Saran
1. Peralatan Pribadi:
- Sepatu Gunung: Sepatu yang nyaman dan tahan air sangat penting untuk melindungi kaki dari medan berbatu dan tanah yang licin, terutama setelah hujan.
- Tas Carrier (50-70 liter): Ukuran tas yang memadai akan membantu membawa semua kebutuhan, termasuk makanan, air, dan perlengkapan tidur.
- Pakaian Lapisan: Gunakan pakaian berlapis, termasuk jaket anti-angin atau anti-air (windbreaker/raincoat), karena cuaca di puncak bisa berubah drastis.
- Kaos dan Celana Quick-dry: Untuk kenyamanan saat mendaki dan menghindari pakaian basah karena keringat atau hujan.
2. Peralatan Navigasi:
- Peta atau GPS: Meskipun ada pemandu lokal, memiliki peta atau GPS sebagai cadangan dapat membantu mengenali medan dan jalur pendakian.
- Kompas: Membantu menjaga orientasi arah, terutama di daerah yang diselimuti kabut tebal.
- Pemandu Lokal: Sangat disarankan untuk menyewa pemandu lokal, terutama karena beberapa area memiliki batu keramat seperti Batu Betakup dan Batu Pelakon, yang memerlukan ritual adat sebagai penghormatan.
3. Peralatan Kamping:
- Tenda Ringan: Tenda tahan angin dan hujan diperlukan untuk bermalam di puncak.
- Sleeping Bag dan Matras: Membantu menjaga kehangatan saat beristirahat, mengingat suhu bisa sangat dingin di malam hari.
- Lampu Senter/Headlamp: Untuk navigasi di malam hari atau kondisi minim cahaya.
4. Peralatan Masak:
- Kompor Portable dan Gas: Memudahkan memasak makanan dan membuat minuman panas di puncak.
- Peralatan Makan (piring, gelas, sendok-garpu): Pilih yang ringan dan tahan banting.
- Makanan Instan: Bawa makanan yang mudah dimasak dan memiliki kandungan kalori tinggi, seperti mie instan, sereal, atau energy bar.
5. Peralatan Keamanan:
- First Aid Kit: Wajib membawa kotak P3K yang berisi plester, antiseptik, perban, dan obat-obatan pribadi.
- Obat Anti Serangga: Mengingat medan pendakian melewati hutan tropis Kalimantan, penggunaan obat anti-serangga akan membantu menghindari gigitan nyamuk atau serangga lain.
- Whistle/Peluit: Untuk berkomunikasi dengan tim saat terpisah atau dalam kondisi darurat.
- Sarung Tangan dan Gaiters: Melindungi tangan saat memanjat dan kaki dari duri atau lumpur.
6. Dokumentasi dan Aksesori Tambahan:
- Kamera atau Smartphone: Untuk mendokumentasikan perjalanan dan pemandangan indah di puncak.
- Power Bank: Mengisi ulang daya perangkat elektronik, terutama jika pendakian memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
7. Air dan Sumber Air:
- Botol Air atau Water Bladder: Bawa setidaknya 2-3 liter air, karena sumber air di sepanjang jalur pendakian tidak selalu tersedia.
- Filter atau Tablet Pemurni Air: Berguna untuk mengambil air dari aliran sungai yang ditemukan di sepanjang perjalanan, terutama di dekat Batu Betakup.
Kesimpulan
Gunung Saran adalah destinasi yang menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam. Keunikan dari gunung ini terletak pada perpaduan antara pemandangan alam yang menakjubkan dan nilai-nilai budaya serta spiritual yang masih terjaga kuat di kalangan masyarakat Dayak. Bagi para pendaki yang ingin mengeksplorasi keindahan dan sekaligus merasakan pengalaman mistis, Gunung Saran adalah pilihan yang tepat untuk petualangan di Kalimantan Barat.
Gunung Saran bukan hanya sekadar tujuan wisata, tetapi juga menjadi bagian penting dari kekayaan budaya dan spiritual Kalimantan yang patut untuk dijelajahi dan dijaga kelestariannya.